--> DOCUMENT MASNET QUR'AN

pengertian agam dan kepercayaan

A.   Agama
Dalam kehidupan, manusia sebagai individu tidak terlepas dari agama/religi/kepercayaan yang dianutnya. Dalam kehidupan bermasyarakat pun kita tidak lepas dari unsur-unsur agama, religi, dan kepercayaan yang dianut bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan sebagai hasil dari perjalanan sejarah. Semua aktivitas manusia yang berkaitan dengan agama dan kepercayaan didasarkan pada suatu getaran jiwa yang disebut emosi keagamaan atau religious emotion. Emosi keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap orang, walaupun mungkin hanya berlangsung beberapa detik saja. Emosi itulah yang mendorong manusia melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi. Bagaimana kehidupan agama, religi, dan kepercayaan di sekitar tempat tinggal kalian?
Setiap manusia yang hidup pasti akan mengetahui apa itu agama. Secara sederhana agama merupakan pegangan hidup agar tidak menyimpang. Tapi bagi orang-orang yang beraliran komunis mungkin agama hanya merupakan candu yang tidak membawa dalam kemajuan atau kehidupan yang sempurna. Aliran ini memang lebih mengutamakan material daripada segi religiusnitas. Memang agama memiliki aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh penyebar agama dengan dasar wahyu dari Tuhan. Tuntutan hidup yang harus dilakukan harus sejalan dengan hukumhukum wahyu Tuhan. Akibatnya masyarakat agama hanya mengikuti dan menunggu akan takdir Tuhan.
Menurut Anthony F.C dalam buku Antropologi William A Haviland mendefinisikan agama sebagai seperangkat upacara, yang diberi rasionalisasi mitos,dan yang menggerakan kekuatan-kekuatan supernatural dengan maksud untukmencapai atau untuk menghindarkan sesuatu perubahan keadaan pada manusiaatau alam.Definisi ini mengandung suatu pengakuan bahwa, kalau tidak dapatmengatasi masalah serius yang menimbulkan kegelisahan mereka, manusia berusaha mengatasinya dengan memanipulasi makhluk dan kekuatan supernatural. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat melakukan upacara keagamaan agar terbebasdari ketersempitan hidup. Hal ini dipandang Walace sebagai gejala keagamaanyang utama. Jadi agama dipandang sebagai kepercayaan perilaku dan pola perilakuyang oleh manusia digunakan untuk mengendalikan aspek alam semesta.
Dalam Ensiklopedi Indonesia dijelaskan pula tentang agama sebagai berikut. Agama (umum), manusia mengakui dalam agama adanya Yang Suci; Manusia itu insyaf bahwa ada suatu kekuasaan yang memungkinkan dan melebihi segala yang ada. Kekuasaan inilah yang dianggap sebagai asal atau Khalik segala yang ada. Maka Tuhan dianggap oleh manusia sebagai tenaga gaib di seluruh dunia dan dalam unsur-unsurnya atau sebagai khalik rohani
Demikian pula definisi tentang religion, berkaitan dengan kepercayaan dan aktivitas manusia yang biasanya dikenal seperti: kebaktian, pemisahan antara yang sakral dengan yang profan, kepercayaan terhadap jiwa, kepercayaan terhadap dewadewa atau Tuhan, penerimaan atas wahyu yang supranatural dan pencarian keselamatan.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa agama, religion (religi) din, maupun agama masing-masing mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri. Namun dalam arti terminologis dan teknis, ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama, religion (bahasa Inggris), religie (bahasa Belanda), din (bahasa Arab), dan agama (bahasa Indonesia).
Mengenai arti kepercayaan , disamping berdimensi berpikir, maka manusia berdimensi percaya. Percaya adalah sifat dan sikap membenarkan sesuatu, atau menganggap sesuatu sebagai kebenaran. Menurut Prof. Pudjawijatna ada kemungkinan seseorang mempunyai keyakinan akan kebenaran bukan karena penyelidikan sendiri, melainkan atas pemberitahuan pihak lain. Bila seorang ahli astronomi mengatakan bahwa pada tanggal tertentu akan terjadi gempa bumi, kita yakin bahwa pemberitahuan itu benar, dan setelah diberitahu tentang hal itu, maka kita tahu akan adanya kebenaran. Pengetahuan yang demikian disebut kebenaran.
Menurut Koentjaraningrat agama adalah kepercayaan yang dimiliki oleh setiap manusia dalam pencapai kehidupan yang nyaman baik secara spiritual maupun jasmanai. Ditinjau dari kepercayaannya agama yang berkembang di dunia ada dua macam. Agama yan berkembang tesebut adalah sebagai berikut
1. Agama Bumi
Agama bumi adalah suatu kepercayaan yang bersumber pada kekuatan alam dan bumi. Orang yang menanut agama bumi percaya bahwa di alam ada kekuatan yang dapat mengatur dan menentukan kehidupan. Agama ini berkembang pada masyarakat yang memliki tingkat solidaritas yang mekanik dan juga masih memeliki pola berpikir yang tradisional. Kegiatan keagamaan dari agama bumi adalah ritual dengan melakukan pemujaan terhadap bendabenda yang mempunyai nilai spiritual tinggi. Benda-benda itu bisa berupa pohon, batu, patung, candi, dan lain sebagainya.
Agama bumi yang berkembang di masyarakat lebih dekat dengan
kebudayaan masyarakat. Agama bumi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Kepercayaan terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan diluar batas kemampuan manusia.
b. Pengikutnya adalah masyarakat yang tinggal di pedalaman yang masih memiliki pola berpikir yang sederhana.
c. Dasar kepercayaannya adalah ajaran turun menurun dari para nenek moyangnya.
d. Ajaran agama tidak terpisahkan dengan adat istiadat dan kebudayaan dari penduduk.
e. Sesuatu yang disembah adalah dewa-dewi, roh-roh, ataupun kekuatan alam lainnya.
2. Agama Wahyu
Agama wahyu disebut juga sebagai agama universal yaitu agama yang hampir sebagian masyarakat di dunia mengikutinya. Agama wahyu adalah agama yang bersumber dari wahyu Tuhan yang dikabarkan oleh manusia yang dipercaya sebagai utusan Tuhan. Utusan Tuhan ini biasanya disebut sebagai Nabi. Wahyu yang dimaksud adalah perkataan tuhan yang disampaikan kepada manusia untuk disampaikan ke umat manusia agar tercipta ketenangan hidup. Agama yang berkembang didunia ada beberapa macam diantaranya, Islam, Kristen, Katolik, dan Yahudi. Kenyakinan yang dipegang dalam agama wahyu adalah bahwa Tuhan sebagai kekuatan yang mengatur kehidupan manusia dan berkuasa di alam semesta. Tidak ada makhluk lain yang mampu menandingi kekuatanya. Oleh karena itu, manusia harus percaya dan tunduk dengan perintah-perintahnya. Agama wahyu memiliki tingkat kebenaran yang sempurna dibanding dengan agama bumi Ritual keagamaan yang dilakukan dalam agama wahyu memiliki tingkat aturan yang sudah ditetapkan dan sudah disusun didalam kitab suci. Aturan ini dijadikan kenyakinan atau pedoman bagi pemeluk agama. Agama wahyu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Percaya adanya Tuhan yang menciptakan dan menguasai alam semesta.
b. Adanya pedoman untuk menjalani keagamaan yaitu kitab suci.
c. Kebenaran yang dinyakini adalah mutlak.
d. Isi ajarannya adalah perintah keagamaan dan larangan keagamaan.
 
B.   Kepercayaan
Kepercayaan ini memiliki kesamaan definisi dengan agama bumi. Keduanya sama-sama percaya dengan benda-benda yang memiliki kekuatan secara alamiah. Dalam buku Antropologi William A Haviland kepercayaan yang berkembang di masyarakat ada bermacam-macam. adapun jenis-jenis kepercayaan sebagai berikut.
1. Animisme
Menurut Tylor religi yang tertua ialah animisme yang kemudian berkembang secara evolusi menjadi politeisme, dan akhirnya monoteisme. Tumbuhnya religi menurut Tylor diawali dengan kesadaran manusia akan adanya roh, bahwa di alam ini, di mana saja, ada roh. Manusia memuja roh, khususnya roh orang yang meninggal, karena menurut anggapannya roh-roh tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik pengaruh yang bersifat positif (mendatangkan keuntungan) maupun yang bersifat negatif (merugikan). Dari sinilah kemudian berkembang kepercayaan animisme, yang sisa-sisanya masih banyak kita jumpai hingga sekarang.
Istilah tunggal animisme mengandung banyak variasi. Binatang da tumbuh-tumbuhan semua dapat memiliki jiwa tersendiri. Roh-roh yang bersangkutan sangat bermacam-macam. Tetapi pada umumnya animisme lebih dekat kepada manusia daripada kepada dewa dan dewi serta lebih lebih terlibat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dinamisme
Menurut Marett, manusia sudah mengenal religi semenjak masyarakat masih hidup dalam taraf yang sederhana. Dalam tingkat religi yang sederhana manusia menganggap bahwa pada benda-benda atau gejala-gejala alam yang luar biasa terdapat kekuatan sakti. Kepercayaan yang dianggap mendahului kepercayaan animisme ini disebut preanamisme. Istilah lain yang biasa dipergunkan dalam kepustakaan antropologi adalah dinamisme, yaitu suatu kepercayaan yang menganggap benda-benda tertentu di alam semesta ini mengandung kekuatan gaib atau istilah antropologinya mana, sehingga kepercayaan ini sering juga disebut manaisme. Kekuatan gaib ini dapat berpengaruh baik atau buruk bagi kehidupan manusia (misalnya kekuatan pada batu akik, keris, dan sebagainya).
3. Totemisme
Menurut Robertson Smith totemisme, religi tertua umat manusia dalam tingkat kehidupan yang masih sederhana ialah pemujaan terhadap totem. Totemisme adalah suatu religi dimana kelompok manusia menganggap bahwa diri mereka adalah keturunan dari suatu jenis binatang atau tumbuhan tertentu, sehingga mereka memuja binatang atau tumbuh-tumbuhan totemnya serta membangun tiang totem sebagai tempat pemujaan. Istilah totem sendiri berasal dari bahasa suku Indian Ojibwa Ototaman yang berarti persaudaraan. Binatang totem tabu untuk dibunuh atau dimakan.
Menurut pendapat P.P. Arnadit pada masyarakat Flores terdapat sisa-sisa totemisme. Hal ini terlihat misalnya dari nama suatu klen di Maumere yaitu Kuat Era (Kuat artinya klen, sedangkan Era artinya penyu) ada pula klen yang bernama Kuat Higite (Higite artinya kerbau).
Kepercayaan monoteisme ternyata sudah tumbuh pada masyarakat yang masih sangat sederhana tingkatannya. Masyarakat suku bangsa asli Australia dalam kepercayaannya tidak memuja roh-roh, tetapi mereka mempercayai adanya kekuatan supranatural, yaitu suatu wujud tertinggi yang mengawasi perilaku manusia dalam hidupnya.
Jadi semacam kepercayaan monoteisme yang terdapat pada masyarakat yang masih sederhana yang disebut Urmonotheisme untuk membedakan dengan monoteisme modern.
4. Politeisme
Politeisme adalah kepercayaan kepada dewa-dewa. Setiap dewa mempunyai tugas tertentu. Di antara dewa-dewa itu ada yang terbesar yang dihormati dan dipuja. Menurut E. Durkheim religi timbul dari sentiment kemasyarakatan. Rasa atau emosi keagamaan timbul dalam batin manusia sebagai akibat adanya sentimen kemasyarakatan. Wujud dari sentiment kemasyarakatan ini yaitu suatu kompleks dari perasaan yang mengandung rasa
cinta, rasa bakti, rasa terikat, yang disebabkan karena adanya suatu perasaan pada tiap diri individu anggota masyarakat bahwa kehidupan tiap individu mendapat pengaruh yang kuat dari anggapan yang bersifat kolektif. Sentimen kemasyarakatan yang menimbulkan emosi keagamaan tersebut harus selalu dikobarkan, untuk itu diperlukan suatu objek yang bersifat sakral sebagai pusat upacara kemasyarakatan. Objek tersebut adalah totem.
Menurut Bruhl ada perbedaan antara alam pikiran primitif dengan alam pikiran modern. Alam pikiran primitif (metalic primitive) mempunyai ciri-ciri pokok:
1. Unsur hukum partisipasi (la loi de participation)
2. Unsur mistik (mistique)
3. Unsur prelogis (prelogique)
Unsur hukum partisipasi (la loi de participation) adalah suatu anggapan yang menghubungkan hal-hal yang lahirnya kelihatan sama, atau hal-hal yang sebutannya sama, atau hal-hal yang berdekatan dan sebagainya. Mengenai salah satu, maka berarti akan mengenai yang lainnya. Misalnya menusuk boneka sama dengan menusuk orang yang digambarkan dengan boneka tersebut. Mistik (mistique) ialah suatu anggapan bahwa di alam semesta ini terdapat kekuatan sakti yang dapat mendatangkan pengaruh buruk atau baik bagi kehidupan manusia.
Prelogis maksudnya adalah alam pikiran masyarakat sederhana yang menganggap sesuatu hal ada di suatu tempat dan pada saat yang sama ada di tempat lain.
5. Monoteisme
Kepercayaan monoteisme adalah percaya dengan satu Tuhan yaitu Tuhan yang Maha Esa. Kepercayaan ini menganggap bahwa Tuhan itu ada dan tidak ada yang menyamai. Tuhan yang berkuasa dari segala kehidupan manusia. Ritual keagamaan yang dilakukan yaitu penyembahan terhadap satu Tuhan, Dewa, ataupun Dewi.
6. Panteisme
Kepercayaan yang menyakini bahwa Tuhan adalah alam itu sendiri. Pemikiran ini menyangkal kehadiran Yang maha tinggi yang trasenden dan yang bukan merupakan bagian dari alam. Tergantung akan pemahamannya, pandangan ini dapat dibandingkan sepadan dengan ateisme, deisme, dan teisme.[1]

No comments:

Post a Comment