Sarana Kedua untuk menghindarkan dosa adalah, setelah mengenal dan menyadari rahmat dari Allah ta’ala yang begitu melimpah yang tak terhitung banyaknya, maka kecintaan terhadap-Nya akan meningkat. Dan kemudian akibat dari kecintaan itu dosa pun menjadi jauh. Jadi dosa dapat dijauhi melalui kedua sarana ini.
Memang ada sebagian orang yang  menghendaki agar mereka tidak melakukan dosa, namun mereka terjerumus  dalam kelalaian serta kealpaan sedemikian rupa sehingga dosa pun terjadi  juga. Akan tetapi telah tertanam di dalam fitra manusia bahwa rasa  takut yang mendalam akan menyelamatkannya. Seperti halnya jika domba  diikatkan di depan singa, maka tak terpikir oleh sang domba untuk makan  rumput. Atau seseorang yang tidak sanggup berdiri dengan angkuh di  hadapan penguasa, melainkan dia akan tampil dengan penuh kerendahandiri,  dengan hati-hati. Sikap hati-hati dan takut ini merupakan dampak dari  wibawa sang penguasa dan kekuasaan.
Namun dampak itu juga dapat timbul dari  kecintaan. Apabila seseorang pergi kepada orang yang telah berbuat baik  padanya, dia akan mengenang kebaikan orang itu lalu dengan sendirinya  hatinya akan menjadi luluh dan hati-hati. Dan dimatanya akan timbul  suatu rasa malu. Kecintaan terhadap orang yang telah berbuat baik itu  akan semakin meningkat. Misalnya, jika ada seseorang yang membayarkan  utang orang lain, maka betapa orang yg berhutang itu akan mencintai  orang tersebut, dan gejolak kecintaan itu mendorongnya untuk tidak ingin  melawan serta menentang kehendak orang tersebut. Jadi sikap menurut dan  taat ini timbul dari kecintaan pribadi.
Seperti itu pulalah, apabila manusia  mengetahui kebaikan-kebaikan Allah taala yang Dia berlakukan terhadap  dirinya, maka akibat kecintaan pribadinya itu manusia tersebut terhindar  dari dosa, dan tidak ada dorongan lain yang dapat mengarahkannya kepada  dosa. Permisalannya sama seperti seorang raja yang memerintahkan: “Jika  engkau menyakiti bayi ini dan tidak menyusuinya, bahkan sampai dia mati  pun, engkau tidak akan dihukum. Bahkan akan kami beri hadiah kepadamu.”  Maka sang ibu itu sama sekali tidak akan mau melakukannya. Sebabnya  adalah di dalam fitrat sang ibu terdapat suatu gejolak kecintaan  terhadap bayi tersebut. Dan itu merupakan gejolak kecintaan pribadi.
Jadi apabila manusia mulai menjalin  kecintaan semacam itu dengan Allah taala, maka kebaikan-kekbaikan yang  timbul dari orang itu serta terhindarnya dia dari dosa-dosa, itu  bukanlah karena dia mengejar sesuatu atau karena rasa takut, melainkan  itu merupakan dorongan kecintaan pribadi tersebut.
TANDA KECINTAAN
Tanda kecintaan pribadi adalah, jika  orang yang memiliki kecintaan pribadi ini sekalipun mengetahui bahwa  akibat amal perbuatannya itu bukannya dia akan memperoleh surga,  melainkan neraka. Atau dia tahu bahwa tidak akan ada hasil apa-apa, maka  tetap saja tidak ada perubahan di dalam kecintaanya. Sebab kecintaan  ini menghapuskan sisi-sisi takut dan optimis lalu menimbilkan suatu  corak fitrat. Ciri khas dari kecintaan pribadi ini adalah  ketika dia  tumbuh kembang di dalam diri manusia, maka dia menimbulkan suatu api  yang akan menghanguskan segenap kotoran yang di dalam, lalu  membersihkannya. Inilah api yang membakari kotoran-kotoran yang tidak  sanggup dihanguskan oleh rasa takut dan optimis. Jadi ini adalah derajat  kesempurnaan bagi manusia, dan penting baginya untuk mencapai derajat  tersebut.

No comments:
Post a Comment