--> DOCUMENT MASNET QUR'AN

kumpulan syair tetes air mata

CIPTA KAMI DALAM KATA
Tuhan ????
Demi dunia kami yang sempit
Izinkan kami menjadi predator alam
Izinkan lidah kami jadi berbisa
Kami tak kuasa mencari akomodasi kehidupan
Irodah rasa dan egois seakan memijak takdir-Mu
Hamba-Mu
Menjadi gembala rasio ideologi sabda-Mu
Untuk kami berkelana
Menjadi denyut saraf bumi ini
Demi kami membuka satir rahasia firman-Mu
Yang tersurat sebagai hukun bumi
Tuhan????
Lahirkan kami dalam kata
Atas rasa iri dan benci kami
Pada pecundang dan pelacur bahasa
Biarkan kami jadi arang
Izinkan meleleh jadi tinta-Mu
Takdirkan kami jadi kata
Niscaya terlukis kaligrafi kalimat-Mu
Dalam perut majalah dan Koran
Yang seakan diberhalakan zaman
Tuhan????
Hanya ini pinta kami
Sebab kami hanya komodo alam
Yang tak mungkin bisa menginjak istana jabatan
Terpencil hidup kami
Hanya mampu menata halaman hati





NAHKODA NEGERI
Konon
Kemarin
Hari esok
Masa yang akan datang
Adalah sekarang
Dimana kita dan kapan milik kita
Alam cukup bijak menegur kehidupan
Dalam lemah diri bersaksi pada kuasa Ilahi
Air tuhan bagitu cepat menelan kehidupan
Di bumi alam serambi Mekkah
Ribuan nyawa tak sedetik sempat berair mata
Sehingga pantas kita bertanya
Apa yang salah dengan manusia
Di perut alam yang indah sejahtera
Kehidupan adalah denyut dan nadi jiwa yang satu
Di bawah lentera rembulan dan matahari
Untuk manusia mencari yang hakiki
Mereboisasi ke jalan Ilahi
Di atas hamparan sejadah bumi ini
Hendaklah sujud menjadi essensi pengabdian diri
Sebagai poros alam dan pasak bumi
Sebab manusia
Adalah khalifah bumi
Mahkota dan nahkoda negeri
Disini hanya ada satu jawaban untuk kita
Cerminkan uswah ujudkan amanah
Sebagai suratan tuhan
Manusia terlahir di atas dunia
Di detik ini palingkan wajah
Menoleh pada bumi jogja





Sebata langkah
Marilah kita amati dada bumi Sidoarjo
Yang hari ini berdarah
Terpercik diseluruh jiwa pancasila
Ada apa dengan ini semua
Kita hanya bisa diam
Mungkin hanya bisa menjawab dengan hati risau
Sebab Takkan ada kerusakan
Tanpa kita membuat kerusakan
Takkan ada dendam alam
Kala kita arif dalam memenfaatkan
Takkan ada kemarahan bumi
Kala manusia melestarikan alam
Sebagai amanah
Normatif alam dan hukum tuhan





RAHASIA WANITA
Apapun yang digubah bunga
Dia hanya mekar demi musimnya
Sekalipun harus gugur
Sekalipun harus kering
Hanya mampu menyempan biji dalam kematiannya
Sebagai sisa buah masa subur madunya
Sebagai tanda tangkai hidupnya
Dia jalani hidup
Untuk di pilih dan di lindungi
Sekalipun kadang di sayat kumbang kelana
Demikianlah sepintas hikayah tentang putri bunga
Dalam angan sikap lemah lembut jiwa wanita
Hanya harumnya yang dapat di tawarkan
Bertebaran disepanjang ruang memandang
Menghias jalan disetiap ratapan
Dalam tariannya mengundang kemabukan
Sungguh engkau diciptakan lembut
Sehalus udara menyesir lelah dan tak berdaya
Wanita ??.
Ketahuilah rahasia masa
Bersama darahmu akan tumbuh benih generasi
Dalam etikamu ada simbol budaya
Tegak dan hancurnya bumi bangsa
Tergantung wanita menjadi tiang bendera bangsa
Apabila wanita tak mampu memijak telapak kaki surga
Tak akan lahir putra yang berwibawa
Apabila wanita liar bebas berbudaya
Tersedia liang kehancuran dalam lapar mulut buaya
Yang tak segan menyeret zaman menelan moral
Wanita??.





Tolong dengar suara putih kami
Kami bukan topan yang dapat menyapu kotoran bumi
Kami bukan hujan yang dapat sucikan wajah alam
Tapi tolong dengarlah saudariku
Marilah sejenak merenung saksikan kebesaran tuhan
Marilah sejenak berfikir dengarlah peringatan tuhan
Telah tanpak di mata kita kehancuran bencana alam
Yakinlah semua ini
Teguran bagi manusia memperbaiki peradaban





RISALAH PENGEMBARA
Perjalanan menempuh masa
Panjang berakar pada bara semangat
Terang dan cemerlang di hari esok

Kepercayaan seakan hanya bersandar
Pada keyakinan rasa bertuhan
Apapun sengsaranya jatuh bangun
Memperjuangkan kebenaran rasa
Hanya akan terjawab dengan keteguhan
Dan keputus asaan
Sebab kegagalan yang paling besar
Adalah hancurnya mental perasaan
Yang menjadi pengingkaran mengakui sejatinya jatidiri
Mengangkat diripun menjadi tuhan diri tak kuasa
Bahkan takkan pernah mampu
Mengangkat diri menjadi piala di atas dunia
Di tengah pengembaraan ini
Kegigihan pioner untuk menegakkan ideologi
Tidak lain adalah proses inovasi
Perspektif pemikiran yang takkan mutlak dilegalkan
Dari zaman lahirnya nafas perdana di dunia
Jadi kenapa keyakinan di zaman ini
Menjadi serpihan yang tidak berbatang
Dalam kesatuan dan keutuhan
Seakan manusia ateis
Menjadi binatang agama yang paling kejam





BIDADARI MALAM
Gejora bintang dilangit kalbu
Menata sensual senyum perawan
Malam larut merangkai sepi tak berarti
Dirimu menjelma dibalik rembulan suram
Menutup gemerlap bintang-bintang
Keringkan air mata seketika
Membekukan darah cinta
Meracun raga jiwa
Tinggallah disini menulusuri malammu yang kelam
Linglung terasa ditengah samudra cinta tak berarah
Kau gugurkan istana surga cinta
Lalu kau tinggalkan semua ini
Bagai pulau tertimbun debu-debu masa
Disini diriku buih
Bersama suara alam
Tak mampu ku ceritakan
Pada gelap malam mencekam kesunyian
Menghukum bingung di tengah gelombang diri
Hanya ku dapati
Sisa musik samudra
Terendap di tembok dermaga hati.





USANG
Sekencang angin terasa hidup ingin berhembus
Sehangat mentari terasa semangat ingin berkobar
Secepat petir terasa derita ingin sirna
Tapi diri ini hanya ranting yang diam
Di tengah gelombang sunyi
Luluh rapuh bersama badai dan topan
Kering bersama kemarau
Benalu nasib bagai ekologi vakum
Asa menunggu masa
Menanti usia kandas di pantai bahagia
Dimanakah kini hati yang berempati
Menyaksikan hamba jelata dan papa terluka
Mendayung miskinnya hidup
Gelombang materi dunia tiada punya
Hanya kekayaan rasa bertuhan
Dalam gubuk hati telaga jantung hati
Sebagai pulau tempat segala rasa
Daya dan upaya terpendam
Yang mampu melahirkan kalimat terucap
Dalam gemetarnya lidah tanpa daya
Terima kasih tuhan
Hamba memetik belas kasih-Mu





YANG HAKIKI
Bila kau renungi alam
Kaulah alam yang nyata
Bila kau renungi tuhan
Hatimu jua pelita jalan
Bila kau jalani malam suram
Pada dirimu pelita terang
Bila kau hati yang gersang
Pada indramu jalan melunakkan
Bila kau ciptakan harapan
Kejar dalam dirimu bayangan
Fikirkan dan bertanyalah??????..
Sepanjang dirimu belum menjadi piala
Mengembaralah dalam dunia fikri
Sebelum dirimu belum menjadi pengacara
Di depan putramu
Dan putra anak-anak bangsa
Karena semua ini yang akan jadi nyata
Walau kedatangannya takkan pernah di pinta
Tapi itulah realita yang nyata





ASA
Tuhan??
Kami yang menghitung hari terasa panjang
Kami yang mendiami malam terasa suram
Kami yang tak bisa menikmati
Bertaburan kilauan bintang
Dalamdunia kami seakan alammu sempit
Seakan kami tidak pernah bertemu purnama rembulan
Mentari terasa membakar kerongkongan gersang
Perjalanan terasa semakian jauh asingkan tujuan
Kami terus melangkah bersama sepi
Seakan teriring musik sunyi bernyanyi
Asa terasa lapuk kandas di batas berjuta rasa
Sengsara
Tersiksa
Terpapa
Semuanya terpenjara di gubuk jiwa
Tuhan
Ijabahkan pinta hambamu yang lemah
Karuniai hidup sederhana sangkar jiwa sempurna
Kami hanya ingin menikmati
Bagaimana hidup menjadi indah
Seindah alam yang Engkau cipta
Seindah dataran bumi yang Engkau tata
Seindah musik hempas laut yang Engkau dentingkan
Tak henti menjadi debur sura jiwa kami
Tuhan
Seluas cakrawala langit-Mu
Ingin kami lukis dengan kalimat doa
Yang mengucurkan gerimis air mata
Demi hanya ingin kami
Menjadi hamba-Mu yang suci.





RASULULLAH
Perjalanan malam larut dalam aku
Seboyan membeku bersama kebisuan
Berat terasa mengeja memanggil memuji nama-Mu
Bagai terlepas seluruh kekuasaan
Melekatnya tubuh di raga tersisa ujud-Mu
Yang berat manata dunia hidup
Di antatara yang dapat aku menyentuh
Lentera pijar-Mu terang mengiring dzikir
Aku rindu merajud legenda dalam sejarah-Mu
Entahlah janji kebangkitan
Mesti sedetik dalam naungan-Mu
Rinduku hanya dapat ku tuangkan
Dalam kalimat tak henti menyebut nama-Mu
Karena hanya dinding hati menjadi milikku
Mengalir bersama hidayah mu??jizat-Mu
Tiadalah yang pantas di petik dalam kuasaku
Aku hanya hidup sebatas yakin dan percaya
Senyum-Mu suci menjadi lentera bumi langit
Di utus-Mu kealam dunia menjadi rahmat sempurna
Rasulullah
Engkau menjadi rahmat bagi seluruh ummat
Engkau menjadi permata yang abadi sepanjang abad
Rasulullah
Jangan tinggalkan kami
Di tengah makhluk bertuhan budaya
Di zaman ini
Ketika manusia instant menjadi dewa
Seakan menjadi berhala minta di sembah





PENCARIAN
Jalan terpanjang
Perhiasan terindah
Puncak kebahagiaan tertinggi
Bagai bendera di ujung piramida cinta
Aku asing dari itu semua
Roh cinta hanya bisa jadi hebusan nafas
Hadirku seakan usang
Paksakan menjemput hidayah tuhan
Sebab aku
Bukan emas dan intan perhiasan
Takkan pernah seindah bahasa
Takkan pernah selembut sutra
Takkan pernah sejernih air
Ku tak punya pakaian kasih sayang
Hanya jiwa bertuhan
Yang ingin jadi piala kehidupan
Karena aku hampa lahir di atas dunia
Terasing yatim yang takku tahu
Tak punya ayah
Tak punya keluarga
Tak punya masyarakat
Tak punya pemimpin agama
Tak punya pemimpin bangsa
Tak punya pemimpin Negara
Yang ku tahu mereka perusak dunia
Mereka penghianat kemiskinan
Mereka penghianat bangsa
Karena mereka tak pernah punya cinta
Sehingga pencarian hidup damai sejahtera
Tak kunjung menjadi wacana dewasa





Walau setiap jiwa terlindung M erdeka
Dalam catatan jiwa Pancasila





SUARA PENSIL
Di ujung pisau pena tumpul
Menari terangkai sinopsis di kertas masa
Ada senyum menyendir kita
Ada derita mengajari memetik makna
Ada tanya tentang kehidupan
Ada Tanya tentang zaman
Idealnya pemikiran sepertia apa
Idealnya seniman
Merangkai keindahan penderiataan kesenangan
Seperti instant apa
Rekradasi budaya hadir di mata kita
Seakan tak ada kehadiran
Hasil cipta, rasa, dan karsa
Simpati sekarang berorentasi pada keunggulan apa
Bila intelek tercermin produk dusta dalam bahasa
Empati sekarang mengedepankan nilai apa
Apabila moral dalam normatif hidup
Tidak pernah di lestarikan
Dalam mental pribadi berbudaya
Sadarlah kita tidak hidup di alam binatang
Yang hanya komersil
Demi nafsu karier dan propesi
Setiap nafas punya harga diri
Tapi uang bukan mutlak jaminan kehidupan
Spirit mental sosial adalah tunas kemanusiaan
Mencipta rasa nyaman dan aman
Menuju kesejahteraan milik kita
Jangan pernah mengukur kehendak
Pada masyarakat yang tersampahkan pengetahuan
Memang homogen asas pancasila kita





Tapi bukan untuk wajah seni dan budaya
Untuk membalik mata heterogen zaman modern
Masih ingtkah kita
Tahun 70an bangsa ini bertikai
Demi hidup rukun dalam perbedaan agama
Kenapa sekarang
Hanya demi kepentingan
Porforment seni, karier dan profesi
Hingga angkuh merubah kaligrafi budaya
Kami tak rela
Walau suara kami hanya terdengar
Dalam ceceran air mata pensil
Bila dinamisnya seni
Hanya hadir
Sebagai wahana komersialisasi
Dalam dekorasi artistik seni
Sebab semua ini
Meracuni simpati dan empati
Nilai uang menjadi substansi
Tapi ini bukan untuk pembanggunan
Bahkan membangun kebersamaan
Justru kehidupan personal dan individual
Melahirkan budaya kehidupan
Demi kpentingan kapitalisme
Manusia bermodal
Menjadi raja meraih kemenangan





MEMETIK
HAPPY NEW YEAR
2007
Habitat kehidupan di atas dunia
Laksana kertas dalam epilog cerita
Alam tertata dengan musim
Tahun tertata dengan abad
Usia terbata dengan kalender masa
Menjadi rangkuman legenda 2007
Dalam hitungan jari dan langkah kaki
Hari ini
Di detik mentari pulang ke ufuk mangribi
Suara malam sudah tergenggam
Tuk menjadi cerita yang baru
Mentari berganti ribuan sinar lampu
Ribuan jiwa melata
Bagai ingin memetik bunga surga
Akupun sayu menyaksikan keramayan kota
Bizing dengan ribuan sura mesin dan hanphond berdering
Seakan roda-roda masa di putar untuk melepas lelah
Legenda mesti menjadi milik hari yang lusa
Ribuan jiwa berdensa menyambut gemerlap malam
HAPPY NEW YEAR
Yang akan kembali di miliki
Semoga saja seiring sinar perdana mentari
Menjadi happy new year hati
Walau salam kita telah terucap
Pada hari kemarin yang telah lusa
Tapi bukan berarti
Membuang cerita ketengah lautan lepas
Untuk menutup mata sejarah hidup





Paqda romantika dan sengsara
Pada kaligrafi bahasa cinta
Kala legenda hidup pernah gila
Pada harta, tahta dan wanita
Biarkan semuanya menjadi milik hari yang lusa
Tapi milikilah happy new year hari ini
Dalam mata hati simpati dan empati
Pelajari diri memetik makna tahun baru
Karena cantikmu
Karena tampanmu
Karena menawanmu
Bahkan sempurnamu
Akan lapuk disetiap roda gigi masa
Tapi hidup bukan tumbal
Yang harus diperkosa zaman
Saudara dan saudariku tercinta
Marilah kita bertahun baru yang nyata
Yang bukan tahun baru dalam bahasa
Yang bukan tahun baru lipstik
Yang bukan tahun baru keramayan hampa
Sebab kami benci hedonesme
Sebab kami benci komersialisme
Sebab kami benci melankolisme
Karena mereka salah dan buta bertahun baru
Sehingga reboisasi hati tak pernah tercipta
Reboisasi mental tak pernah membudaya
Apatis dan egois jadi sangkar norma
Aku bukan milikmu tahun baru
Kala aku tak dapat memperbaharui diri
Kala aku tak dapat menyaksikan pembaharuan sejati
Sebab lebih banyak terasa dialami
??Kematian??





Yang kita tak sadar
Menjalani masa dan waktu
Tak ada kata lusa untuk yang kemarin
Tak asa panjang untuk hari esok
Hakekat kemenangan hanya sedetik
Bila ketergantungan tak ada dimiliki
Karena masa takkan pernah berjanji buat kita
Dengan harta akan jadi permata dunia
Dengan keindahan akan jadi perhiasan alam
Dengan kecukupan akan jadi kesaempurnaan
Kala hati tak mendapat ketentraman
Yang mampu melatih kemandirian diri
Dalam spirit kecerdasan emosi
Maka dengan tahun baru ini
Dengarlah sejatinya suara hati
Kala cita-cita masih membara api
Membangun utopia negeri sentosa sejati
Inilah yang ingin kami untaikan
Sebagai terapi mental hati
Selamat tahun baru





PERJALANAN HAMPA
Kekasihku
Tak mungkin lagi
Ku panggil engkau dengan suara cinta
Meski namamu telah terpahat dalam hati
Terkunci dalam peti memori jiwa
Karena lentera cinta
Hari ini bagai mentari pulang keufuk mangribi
Hadirmu tinggal bayangan
Dalam setengah perjalanan
Menggapai kota hatimu yang damai
Sepi ku rasakan
Hampa terasa tanpa suaramu terdengar
Perjalananku terhenti
Tanpa bunga senyummu
Terasa berat ku membawa diri
Teramat jauh terasa perjalanan
Tak terasa gerimis air mata
Menenggelamkan hati
Setelah kudapati perjalanan hampa
Legenda cinta yang kering
Lapuk terhenpas masa
Maafkan aku kekasihku





UTOPIA
Kala hari ini kata menjadi bahasa
Tanah menjadi bata
Batu menjadi cermin dan permata
Tanpak semuanya megah dan indah
Katakan semuanya karya manusia
Lantas apa yang tak penuh perhiasan
Semuanya pasti punya rotasi dan reputasi
Harapan
Keinginan
Kesederajatan dan perdamaian
Telah dewasa dalam usia pancasila
Dari belajar berjalan hingga bisa terbang
Menjadi garuda diatas bumi pertiwi ini
Kami anak bangsa
Berikan kami cerita norma
Berikan kami cerita sosial
Berikan kami kitab undang-undang
Kami tak butuh derama
Dalam memperebutkan kekuasaan
Jangan buat merah putih kami tersobek
Walau mesti lelah mengibarkan nama bangsa
Sebab kami tak rela
Peluru melukai pahlawan
Masih berdarah dihati kita
Karena uforia mental jiwa
Hentikan menjadi tuhan dalam jabatan
Hentikan menjadi teroris dalam kata
Hentikan system anarki dan oligarki
Untuk utopia bangsa yang nyata
Reboisasi wacana intelektual





Reboisasi mental pahlawan yang hilang
Reboisasi budaya peradaban
Masih mungkin bangsa ini ditunggu zaman
Menjadi bangsa yang bermoral
Yang punya pengadilan dan keadilan
Yang punya solidaritas bukan popularitas
Sehingga kita bisa saling merangkul
Menjadi kesatuan lidi bangsa
Yang siap bersihkan kotoran bangsa
Menuju negeri yang sejahte





TERKUCILKAN
Kemarin ramai
Bising bagai suara pasar
Disana tawarkan opini
Disini ideologi
Berbisik masalah silam
Kesenjangan orde lama dan orde baru
Hari ini.....
Engkau semua jadi saksi
Reformamasi yang pernah dikibarkan sang Merah putih
Hari ini melahirkan massa tak berujung
Rakyat terlalu asyik disanjung
Dalam mimpi janji sentosa dan sejahtera
Wajarlah Indonesia dalam watak budaya
Berorganisasi demi perut kenyang
Dengan gizi koropsi dan kolosi
Hukum mengasingkan rakyat bangsa
Mendapat hak asasi derajat manusia
Sebab........
Kekayaan alam menganak tirikan kita
Yang berhak menikmati
Pahit manisnya membangun bangsa sejahtera
Tapi.........
Hari ini kami hanya kuasa menyaksikan
Menjadi penonton kejamnya pengasingan
Di bimi pancasila ini
Ditubuh dan di dada sayap pancasila
Janji kita hangus dibibir sumpah pemuda
Menyesakan keadilan di atas kertas
Yang hanya sesak dengan tulisan
Kami sadar





Penguasa tidak harus menjadi tuhan
Yang merubah patriotis
Menjadi cinta anarkis ideologi anak bangsa
Yang mesti jadi catatan sejarah
Hentikan dan hentikan
Walau hanya dengan suara yang lemah ini
Bila kebencian masih ternoda di dada Pancasila
Cepat bersihkan birokrasi pemerintah
Ekologi sejarah masih terbentang buat Cemerlang
Angsalkan arahkan generasi
Yang punya cakar garuda ditangannya
Dan berparuh baja dilidahnya
Bersayap wawasan dan pengetahuan
Dalam cinta dan cita-cita menbangun bangsa
Tolong hentikan
Jangan teruskan menjadi api kontradiksi
Jika bangsa ini masih berdenyu
Di jantung pancasila yang suci





KARENAMU
Atas nama cinta
Satu pijar terang di jauh harapan
Ku coba untuk menjangkau
Ku kirim baris-baris delegasi suara kata
Namun mati satu-persatu tampa diketahui
Kepunahan mesti gersangkan rasa
Baru ku mengerti
Yang selamat
Mereka yang pura-pura bisu,dungu,.buta dan tuli
Melawan tak kuasa karena tirani
Ketika egois dan apatis jadi kebanggaan
Yang gegabah karena tidak pernah Memikirkan
Kehadiran bermakna dan berguna kehidupan
Di mata sahabat dan persaudaraan
Karenamu
Ku bertanya diri di terang bumu ini
Untuk ku dapati kekurangan diri
Belajar pada pengalaman
Belajar pada pengetahuan
Belajar pada alam
Bahkan pada kegagalan
Aku hanya dapati rasa bertuhan
Ingin ku mengerti
Panasnya mentari dan api
Dinginnya salju dan sunyi
Untuk ku pahat dalam hati
Walau genggaman
Harus mengepal jantung berdarah
Karemu
Ku mengerti teka-teki dunia





Kecewa,terluka,menderita dan sengsara
Tidak jauh dari sisi hidup yang nyata
Hedonesme bukan milik kita yang abadi
Karenamu
Aku mengerti seribu puisi
Tentang awan, hujan,mendung,petir
Bahkan mentari,rembulan dan bintang-bintang
Itu semua tinggi di langit sana
Biarlah yang jatuh itu
Hitam,putih, manis-pahit, jelek dan indah
Akan ku petik hikmah yang bermakna
Barang kali disini ada yang sempurna
Selamat jalan saudariku
Yakinlah hidup ini petualang kehidupan
Akan ku jabat dalam silaturrahmi fikri
Sebagai saudara kehidupan hakiki





PINTA DI DO'A UNTUK SANG BUNDA
Saksikan wahai alam
Seorang putra yang hanya punya air mata
Demi membalas uluran kasih cinta bunda
Merajut do'a memohon ampunannya
Hari ini kami jauh dari haribaan ratapannya
Bunda telah anugrahkan mahkota karisma
Mengiring kelahiran sang putra diatas persada Dunia
Jerit tangis perdananya ogsigen terhempas di Nafas
Adalah senyum bunda yang tiada terpeta Harga
Yang takkan mampu kami balas membayar Jasanya
Bunda...!
Detik ini semoga engkau bahagia
Teriring lindungan tuhan yang maha pemurah
Kami disisni, di petualangan ini
Terasa masih basah dalam lembut senyummu
Pesan kalimatmu masih terang
Untuk kami menyongnsong esok hari lebih Berarti
Ya....... Tuhan....!
Kabulkan harap seperti janji firmanmu
"qun" ridailah terpancar dalam hidayahmu
Setiap kalimat do'a yang terucap di bibir Hambamu
Jadikanlah kehidupan ini seperti rembulan
Yang mampu menyerap sinar mentari terang
Jadikanlah hidup hamba piala keagungan
Sebagai hadiah gigihnya seorang ibu
Tiada yang ingin di pinta lebih dalam kodrat
Hambamuini
Hanya tersirat ingin mengembalikan senyum Sang ibu
Bila putra dan harta adalah perhiasan dunia





Jadikan hidup kami keindahan
Yang mampu mengundang riangnya senyum
Inilah pinta dalam dinginnya air mata
Aku ingin kembali pada fitrah sucinya balita
Setelah waktu mengizinkan pulang ke tanah Daerah
Disanalah banyak senyum yang ku petik
Di sanalah banyak kalimat yang terangkai
Aku ingin kembali berdayung bersamanya
Dalam matang harap panjangnya
Ketika ku mampu menjadi merahnya delima
Yang dapat ku tanamkan rasa manis di bibir Senyumnya
Untukmu bapak ibuku
Untukmu keluarga nafas hidupku
Untukmu masyarakat dan sahabatku
Untukmu bangsa dan tanah airku.





SECEPAT BUNGA MEKAR
Aura cinta tergenggam erat dalam hati
Irama intonasi jiwa teriring tidurnya malam
Diskripsi hadir menerka cantiknya bayangan
Panjang dirasa kemarau musim
Bunga yang tertancap dikebun harapan mimpi
Gugur kuyup ditangkai separuh hati
Pepohonan bunga di layar selendang bidadari
Lapuk dalam gelombang air mata
Tak sempat rangkaian bunga menjadi hadiah
Untuk kumbang dan kupu-kupu menyemai Kembang
cinta
Waktu tak sempat mengejar mentari
Sinar cahaya merubah wajah alam
Sementara hidup ini jauh dari lampu kota
Tak sempat nikmati cantiknya jakarta
Yang hari ini telah banjir ekstase birahi dosa
Di senyum bibir basah dusta
Tak dikenal lagi bunga bangsa di wajah Wanita
Purnama gerhana terbungkus budaya
Terkelupas karisma remaja
Secepat mekar gugurnya bunga
Inilah sepintas lukisan masa
Bumipun bergoncang sedahsyat tarian wanita





BUMIKU YANG TERNODA
Oase mengalir dari tubuhmu bumiku yang agung
Izinkan aku berjalan meneluri luka di dadamu
Aku mendengar jerit tangis suara jantungmu
Aku mengerti murkamu yang panjang tertahan
Dibalik rahasia wajah bumi aceh dihari Kemarin yang
silam
Kau telan kehidupan dalam sedetik arus gelombang
Bumiku yang agung tersenyumlah
Tetes luka darahmu
Telah bertemu dalam muara air mata
Aku membaca wajahmu ternoda
Akan haramnnya pohon ganja
Aku mengerti kau kecewa
Semuamu terbantai tangan-tangan jahil
Kegoncanganmu laksana magis tarian wanita
Bumiku yang agung sadarkanlah mereka
Murkamu bukan azab di atas dunia
Tapi ujian dan peringatan bagi manusia
Bawalah mereka menyaksikan wajahmu yang sentosa
Bimbinglah mereka di jalanmu mencipta alam Yang
indah
Bumiku sempurnalah dalam rotasimu
Dengan hormat ku berdiri didadamu
Sampai ku kembali kau menjadi rumahku*
*Di petik dari puisinya Safari Nurzaman.





BIZING DUSTA DALAM BAHASA
Jakarta induk ibu bahasa tertua
Sumpah pemuda menyematkan di dada Pancasila
Sabang sampai merauke satu bangsa Indonesia
Bernaung dalam asas damai sejahtera sang Garuda
Kami hari mencoba
Berteriak dalam kelana mencari perwakilan kita
Dari generasi putra-putri bangsa yang merdeka
Telah cukup gombalnya bahasa meracun Bangsa
Heterogen, plural,modern
Lantanng bergaung reformasi
Bersuara dalam topeng HAM
Hukumpun hanya bersuara dalam teks
Tenggelam dalam kematian konteks
Dan bangkit dalam kehancuran cermin yang suram
Budaya berwajah dalam artistik modern
Demokrasi merapuhkan patriot nasionalis Bangsa
Jati diri bangsa hidup dalam komersil materi semata
Merdekanya indonesia ini hanya tercatat di Nisan
pahlawan
Kami laksana terasingkan
Melihat potensi, materi,kekayaan negri
Tapi kemiskinan tak terdeteksi
Memicu pertikaian tiap hari
Penguasa, pengusaha, konglomerat di sumbu Rotasi
bangsa
Tak pernah santun berhati jujur seindah Bahasa
Kearah membangun dan mensejahterakan Warga negara





MAHASISWA UNTUK SIAPA
Bila hari ini ada pendidikan
Belum tentu demi kesejahteraan
Reboisasi rasa aman dan damai
Tentunya karena reputasi alam ekologi zaman
Bahkan jika sekarang bergema norma agama
Belum tentu terjadi di tiap"diri" bernama Kehidupan
Mereka-mereka kadang hanya merebut Simbolik
Nama tuhan dalam ateis suara hatinya
Lalu pendidikan mahasiswa untuk siapa dibina
Bila harga dunia lebih abadi di mata kita
Jawablah dalam diri
Kenang eratlah dalam nurani
Seharusnya telah disadari
Maha yang telah disematkan diatas dada kiri
Almamater menjadi pakaian perdana
Mengantar keruang sarjana
Tapi mahasiswa bukanlah yang hanya semata Mengejar
wisuda
Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa di Siklus dunia
Akan sangat tergantung pendidikan Berwacana
merubahnya
Mahasiswa punya separuh suara warga Bangsa
Arahkan pemerintah....!
Bila bangsa punya cita-cita
Masa depan terbuka cerah menjadi negri adidaya





Satu solusi kita
Satukan dan sadarkan mahasiswa
Sebagai pengganti estafet roda bangsa
Buanglah sifat kedektatoran
Pesan kami penghayal masa depan





SUARA RAKYAT
Pejabat
Tolong dengar sengsara suara kami
Bosan telah terasa kami menanti
Sumpah bersatu untuk kita nikmati
Negeri sejahtera makmurkan bumi bangsa
Katanya kita bebas merdeka
Entah kenapa rakyat sengsara
Makmur tanah air jadi gersang
Rakyat laksana hidup di negri asing
Tiap waktu bertikai
Di saat kursi menjadi rebutan
Pejabat
Kapan kau kasihan
Pada kami yang miskin wawasan
Untuk merubah nasib hidup berpetualang
Melepaskan jerat warisan metos kakek moyang
Mengucurkan keringat demi untuk makan
Pejabat
Tolong jangan di teruskan
Birokrasi sibuk merebut jabatan
Kami terlantar
Rakyat liar penuh dendam
Bila kau masih rakus berhati binatang





PERANTAUAN MENUJU CINTA TUHAN
Rotasi alam dalam detik waktu
Telah mengantar usia pada titik dewasa
Dunia hidup dalam kesukaan menikmati rasa
Tak lagi terkemas dalam tangisan
Untuk mengundang empati perasaan iba
Ketika....!
Kehidupan mengenal pada keindahan
Menjadi tanggung jawab realita perasaan
Emosinal nurani jiwa
Untuk memilih jembatan hidup
Dalam mengalirnya perasaan hati
Yang penuh dengan gerimis air mata
Menelan pahitnya derita.
Perantauan bagai menanam harapan
Pada kegersangan ladang-ladang bumi cinta
Bila ikhlasnya benih cinta tumbuh suci tidak Terpelihara
Menjadi liar di ruang hampa
Tiada pernah temui musafir kelana lunakkan Pesimis
jiwa
Mennyambung perdamaian kontroversi Persengketaan
suara hati.
Perjalanan hidup menelusuri gembala Perasaan
Penuh tanda tanya dalan realita wujud Keindahan
Yang telah tersabdakan di atas alam
Kenapa kebahagiaan selalu menawarkan Kegersangan
dalam mencapainya
Dan kecantikan menghias kehidupan tiada Pernah luluh
Dan runtuh menempuh kematiannya di atas
Kesempurnaan
Seba



http://netcis.mywibes.mobi/cinta1/puisi/syair_syair_tetes_air_mata_purnama_gerhana_txt/index.amp?s=726e21ce6fb36b37aa80837c6389334b

No comments:

Post a Comment