senja mulai merambat,
melukis langit hingga jingga keemasan,
menjelang malam pukul 20.00,
Seperti biasa, memapah resah memalingkan gundah
di sudut ruangan di kedai kopi.
memanggil pelayan,memesan secangkir kopi kental kesukaan
Di buka sedikit jendela yang kusen-kusennya telah rapuh.
menyilangkan kaki, dan menghirup rokok hingga asap-asap nya menari-nari memenuhi ruangan hingga menerobos lewat celah-celah jendela itu.
lantunan tembang lawas mengalun sendu, terdengar hingga menusuk-nusuk naluri rindu yang kau sembunyikan dari cicak-cicak dipojok internit atas.
ini pesanan anda, mas!. tersungging senyum yang di paksakan. kemudian menghirup dgn mata yang terpejam. yasamina.pelan-pelan kau minum dengan enggan, seolah kau takut,wajah ayu di bayangan kopi dicangkir itu.
malam mulai larut.setumpuk kertas bertuliskan puisi cengeng,tak kuasa kau hempas,
dan wajahnya, suara manja dan senyumnya semakin membuat malam semakin larut. dingin.
kopi kentalmu semakin dingin.
No comments:
Post a Comment