--> DOCUMENT MASNET QUR'AN

mengerutkan alis

Ketika kutanya tentang syair puisi
dia hanya menyembulkan cengir di sebelah bibir
kutanya kenapa...
jawabnya realitas adalah kenyataan
dan bukan rangkaian kata-kata rumit bermakna entah
realitas adalah cerita
realitas adalah narasi yang jelas dan bukan diksi yang berulang
Kusanggah bukankah puisi adalah bahasa....
Dia mengerutkan alis tebalnya
Kubilang...
Puisi adalah tawa
dia menyelimutimu hangat ketika kau sedang menangis
dan membuatmu tertawa kecil tatkala syair menyeratkan cintamu diatas kertas
Puisi adalah kegilaan
yang membuatmu edan dengan kata baru dan pemaknaan cantik
Kukatakan...
Aku adalah penyair gila
yang melantunkan kata dan tertawa-tawa
Dia semakin mengerutkan alisnya dan beranjak pergi
Dasar Gila...


 HATI YANG BEKU
Serumpun hati meraga, menanah, muntah
Kebimbangan antara nyata dan dusta
Merontah tak kuasa tertepis kian hari
Rapuh dan tak berarti

Titisan makna menjulang di umbun jiwa
Mengharap cahaya tertera dalam raga
Menyelubung takkan membendung
Membasah tak kuasa merontah

Cahaya itu dulu membalutku
Tapi kini tak tahu kemana
Rintihan pikir kritis akan dusta
Kata merebah jadi asa paksa

Ruah kata hilang terterpa sabutan angin
Membisu, tak mampu memanggil sinar suci
Hanya beku memapar dalam kalbu
Tuhan tolong ajari aku

TINTA HITAM

Menitik erat tinta hitam
Tinta hitam yang kau guyurkan
Tinta pengkristal luka
Cabik jiwa, merongrong di hati

Penyebar tinta hitam
Hapuskan noda yang terukir ini
Pipiskan bersama sang bayu
Congkel dosa yang merebah dalam nadi

Wahai kau penyebar tinta hitam
Tirai-tirai makna ini telah menggenggam sanubari
Merasuk dalam sumsum nada
Jadi alunan sumbang
Nan menggema di sudut-sudut hati

Wahai kau penyebar tinta hitam
Aku telah rapuh
Terkayah-koyah dalam Lumpur kenistaan
Nan muncul dari setitik tinta hitam
Tak mengertikah kau
Rintih disetiap nafas hidupku…

No comments:

Post a Comment