--> DOCUMENT MASNET QUR'AN

jati diri di bilah kujang

PARA sesepuh masyarakat kampung adat Sunda di tatar Parahyangan, umumnya senang menunjukkan beraneka senjata pusaka warisan leluhur. Bahkan sangat terbuka menceritakan seluk-beluk tombak, golok, keris, pedang, dan jenis senjata lain, kecuali kujang.

KUJANG memang tidak sembarang diperlihatkan kepada orang lain. Biasanya benda pusaka ini disimpan di langit-langit rumah tinggal, leuit (lumbung padi), atau di tempat yang terpisah dengan senjata-senjata. Koleksi kujang baru diperlihatkan ketika para sesepuh benar-benar yakin, orang yang mau melihat kujang punya niat baik. Minimal memiliki cukup wawasan tentang kujang.

Pengalaman tersebut ternyata pernah dialami Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan, H Ahmad Syafe'i tahun 1976, saat berkunjung ke sebuah kampung adat di Jawa Barat. Waktu itu Ahmad Syafe'i pergi bersama Endang Karman Sastraprawira (anggota DPR RI 2004-2009), karena terdorong rasa penasaran ingin mempelajari keistimewaan kujang.

Dalam acara Guaran Kujang di Common Room di Jalan Kyai Gede Utama, Bandung, Jumat (20/11) sore, kedua tokoh masyarakat Jawa Barat ini mengaku terkesan karena di masa sekarang makin banyak orang muda yang tertarik menggali makna historis dan filosofis kujang.

Guaran Kujang yang diawali seni tarawangsa, merupakan satu dari rangkaian agenda Helarfest Bandung 2009. Obrolan berlangsung santai dipandu Budayawan Aat Soeratin. Sunda Underground dan Brotherhood of Culture selaku pelaksana, menghadirkan pembicara utama mewakili orang muda, Budi Setiawan Garda Pandawa.

Pria kelahiran Bandung, 16 Oktober 1971 yang akrab disapa Budi Dalton ini, lebih dulu dikenal sebagai musisi sekaligus pelopor gerakan anak muda yang aktif melakukan kegiatan pengembangan dan pemberdayaan komunitas masyarakat di kota Bandung.

Budi Dalton kini tak hanya antusias memelihara dan merawat ribuan kujang yang dibuat sekitar abad ke-3 hingga abad ke-15. Diapun tak pernah letih meneliti makna bentuk, wujud, simbol, dan filosofis kujang.

Sebagian koleksi kujang milik Budi merupakan titipan komunitas adat Sunda. Ada pula yang didapat setelah pria berjanggut ini melakukan pencarian ke berbagai tempat di dalam maupun luar negeri.

"Bagi saya kujang bukan sekadar senjata pusaka. Kujang merupakan simbol ajaran ketuhanan tenang asal usul alam semesta yang dijadikan dasar konsepsi sistem ketatanegaraan Sunda purba. Bentuknya merupakan manifestasi wujud manusia sebagai ciptaan yang sempurna. Wujud kujang merupakan manifestasi alam semesta," jelas dosen Karawitan Universitas Pasundan.

Dengan meneliti kujang, Budi bahkan yakin kalau istilah Sunda bukan sekadar penyebutan terhadap suku bangsa yang mendiami sebelah barat Pulau Jawa. Kujang sendiri merupakan simbol nilai-nilai luhur ajaran Sunda.

"Ketika simbol-simbol itu sulit ditemukan, akan sulit bagi kita buat menelusuri dan mempelajari ajaran tersebut. Apalagi sejak abad ke-15 artefak kujang maupun catatan tentang kujang sudah sangat jarang ditemui. Kemungkinan ada pihak tertentu yang sengaja melenyapkan. Cerita tutur yang sering dijadikan acuan tentang kujang hanya Pantun Bogor," ungkap Budi.

Satu peristiwa yang membuat Budi terkejut adalah ternyata cukup banyak kujang yang diyakini asli buatan masyarakat Sunda saat ini dikoleksi beberapa pejabat Singapura maupun para sultan di Brunei Darussalam. (ricky reynald yulman)


Bukan untuk Diperdebatkan
BANYAK orang memberi makna terhadap kujang. Beberapa peneliti menyatakan istilah kujang berasal dari kata Kudihyang dengan akar kata Kudi dan Hyang. Kudi berarti senjata sakti, Hyang merupakan rajanya para dewa. Sehingga Kudihyang dimaknai sebagai senjata sakti milik raja para dewa.

Kujang identik dengan identitas dan eksistensi kebudayaan masyarakat Sunda (Anis Djatisunda). Kujang digambarkan sebagai senjata (Djamadil AA, dkk) yang memiliki kekuatan supranatural (Mr Moebirman), dan simbol konsep ajaran Sunda Besar (Aris Kurniawan Joedamanggala).

Lainnya mengacu pada istilah kukuh kana jangji (teguh memegang janji). Janji meneruskan perjuangan nenek moyang untuk menegakan cara?ciri manusa dan cara-ciri bangsa. Cara?ciri manusia yaitu welas asih (cinta kasih), tatakrama (etika berprilaku), undak usuk (etika berbahasa), budi daya budi basa, wiwaha yuda na raga "ngaji badan". Sedangkan lima cara?ciri bangsa yaitu rupa, basa, adat, aksara, dan kebudayaan.

Namun peneliti kujang, Budi Dalton, berharap perbedaan cara pandang tersebut tidak dijadikan alat berdebat. "Kujang bukan buat diperdebatkan. Tapi kode-kode yang sudah bisa kita mengerti, segera dilakoni atau dijalankan," tandasnya.

Sementara budayawan Aat Soeratin mengungkap perbedaan cara pandang tentang kujang, justru memberi cakrawala lebih luas kepada generasi muda saat ini untuk menjaga dan mempelajari kujang.

"Belajar tentang kujang bahkan bisa menjadi bekal kita untuk berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia. Jangan kita terus-terusan nuturkeun budaya barat," tandas Aat Soeratin. (ricky reynald yulman)


Catatan di Pantun Bogor
SETELAH melakukan penelitian tentang kujang koleksinya, Budi memiliki catatan sendiri tentang beragam fungsi kujang. Sebagian besar telah tercantum dalam Pantun Bogor.

Berikut pembagiannya :
1. Kujang Pusaka (lambang keagungan dan pelindungan keselamatan)
2. Kujang Pakarang (alat berperang, buat menangkis serangan)
3. Kujang Pangarak (alat upacara adat)
4. Kujang Pamangkas (sekarang masih dipakai alat berladang)
5. Kujang Sajen (alat upacara adat)


Berdasar bentuk bilah, ada kujang yang disebut :
1. Kujang Jago (menyerupai bentuk ayam jantan)
2. Kujang Badak (menyerupai badak)
3. Kujang Ciung (menyerupai burung ciung)
4. Kujang Kuntul (menyerupai burung kuntul/bango)
5. Kujang Naga (menyerupai binatang mitologi naga)
6. Kujang Geni
7. Kujang Bangkong (menyerupai katak)
8. Kujang Buta
9. Kujang Lanang
10. Kujang Balati (biasa dipakai tusuk sanggul)
11. Kujang Daun

Bagian?bagian Kujang
1. Papatuk/congo (ujung yang menyerupai panah, atau paruh burung)
2. Eluk/siih (lekukan atau gerigi bagian punggung)
3. Waruga (badan kujang)
4. Pamor (garis atau bintik di badan kujang)
5. Mata (lubang kecil jumlah bervariasi)
6. Tonggong (sisi tajam di bagian punggung)
7. Beuteung (sisi tajam di bagian perut)
8. Tadah (lengkungan menonjol di bagian bawah perut)
9. Paksi (ekor kujang)
10. Combong (lubang di gagang kujang untuk mewadahi paksi)
11. Selut (ring di ujung atas gagang kujang)
12. Ganja (gagang atau tangkai kujang)
13. Kowak (sarung kujang)

No comments:

Post a Comment