--> DOCUMENT MASNET QUR'AN

Filsafat Agama: Pengertian dan Lingkupnya



a. Pendekatan etimologis
Istilah  filsafat  berasal dari kata philein/philos + sophos/sophia= cinta/teman + bijaksana/kebijaksanaan. Filsafat berarti mencintai kebijaksanaan. Belajar filsafat berarti belajar untuk, minimal, mencintai hal-hal yang bijaksana, atau kalau mungkin untuk menjadi bijaksana.
Bijaksana atau kebijaksanaan adalah karakteristik tertentu dari suatu sikap/perilaku. Sikap/perilaku bijaksana adalah yang mengindikasikan adanya motivasi sinergis dari berbagai unsur ruhaniah manusia. Apabila unsur ruhaniah manusia itu, minimal, meliputi akal-emosi-keinginan, maka motivasi sinergis  ratio-emosi-kehendak, akan memunculkan sikap perilaku lahir yang bijaksana. Belajar filsafat berarti belajar olah akal-emosi-kehendak, yakni belajar untuk mensinergika potensi ratio-emosi-keinginan dalam rangka menentukan pilihan sikap/perilaku.
b. Pendekatan terminologis
Istilah filsafat secara terminologi -dilihat dari konteks penggunaannya- memiliki beberapa arti. Pertama, filsafat berarti pandangan hidup, yakni suatu cara pandang seseorang tentang kehidupan yang dadasarkan pada suatu prinsip atau nilai tertentu yang diyakini kebenarannya. Filsafat, dalam hal ni, bersifat praktis, yakni merupakan praktek kehidupan, yang semua orang melakukannya.
Kedua , filsafat berarti metode atau cara berfikir. Cara berfikir filsafati bersifat khas berbeda dengan cara berfikir orang awam atau bahkan berbeda dengan cara berfikir para spesialis. Kekhasan berfikir filsafati ditandai dengan penekanan pada tiga hal; yakni radikalitas, komprehensivitas dan integralitas. Radikalitas berfikir filsafat ditandai dengan kemampuan berfikir secara mendalam dalam rangka menemukan hakikat suatu persoalan. Berfikir radikal dapat dilakukan apabila minimal beberapa syarat berikut dipenuhi, yakni adanya sikap yang bebas, kritis, argumentatif, luas wawasan , terbuka.
Komprehensivitas berfikir filsafati adalah kemampuan dan kemauan memikirkan segala aspek yang terkait dengan suatu persoalan, karena sesungguhnya setiap hal/persoalan tidak berdiri sendiri sebagai satu variabel saja, tetapi selalu terkait dengan banyak variabel. Sedang, integralitas berfikir filsafat adalah kemampuan mensistematisasi berbagai variabel dari suatu persoalan/hal sebagai suatu keutuhan. Filsafat dalam arti metode berfikir maka bersifat teoritis, dari metode berfikir yang demikian lalu muncul ilmu filsafat.
Selain dua arti  di atas, filsafat masih mempunyai banyak arti. Filsafat dapat diartikan sebagai kelompok persoalan tentang nilai. Filsafat juga dapat diartikan sebagai suatu analisis tentang bahasa dan makna istilah, atau filsafat dapat juga diartikan sebagai suatu kelompok teori, dan lain sebagainya.
2.Filsafat Agama dan cakupan kajian
Terdapat berbagai batasan tentang filsafat agama dalam berbagai literatur. Harun Nasution (1973: 4) membedakan dua bentuk kajian filsafati tentang agama. Pertama, membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis dengan maksud untuk menyatakan kebenaran suatu ajaran agama atau minimal untuk menjelaskan bahwa ajaran agama bukanlah sesuatu yang mustahil dan bertentangan dengan logika. Kedua, memikirkan dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpa terikat pada ajaran agama tertentu dan tanpa terikat pula untuk membenarkan ajaran agama tertentu.
Aslam Hadi (1986:8) juga mengidentifikasi ada dua bentuk kajian filsafati tentang agama. Pertama, filsafat agama membicarakan kepercayaan atau kebenaran agama. Hal ini terjadi terutama pada abad tengah dan pada filsafat Islam serta filsafat India, tetapi tidak lagi dibicarakan pada filsafat saat ini.  Kedua, filsafat agama merupakan kajian terhadap hal-hal fundamental dari agama, inilah yang dikaji dalam filsafat agama dewasa ini.
Kattsof (1996: 444) membedakan antara filsafat keagamaan dengan filsafat agama. Filsafat keagamaan adalah suatu filsafat yang disusun berdasarkan ajaran dan kepercayaan agama tertentu sebagai pendirian-pendirian hakiki.. Sedang, Filsafat agama adalah suatu penyelidikan yang bersifat kritis tentang agama berdasarkan makna istilah-istilah, bahan bukti, dan prinsip-prinsip verifikasi.
Yang dimaksud filsafat agama dalam tulisan ini adalah filsafat agama dalam pengertian yang kedua menurut pendapat harun Nasution, Aslam Hadi, maupun Kattsof. Filsafat agama pada pokoknya adalah pemikiran filsafati tentang agama, sama halnya filsafat seni adalah pemikiran filsafat tentang seni (Nolan, 1984: 413).
3. Perbedaan filsafat agama dengan teologi
Tema-tema pokok atau fundamental agama adalah juga merupakan objek kajian dalam teologi. Sementara, teologi adalah kajian yang sungguh-sungguh berbeda dengan filsafat agama. Untuk lebih memperjelas apa yang dimaksud dengan filsafat agama, kiranya perlu dijelaskan perbedaaan filsafat agama dengan teologi.
Terdapat dua perbedaan pokok antara Filsafat agama dengan teologi (Harun Nasution, 1973: 4). Pertama,filsafat agama tidak membahas dasar-dasar ajaran dari agama tertentu, tetapi dasar-dasar agama pada umumnya. Sementara, teologi membahas dasar-dasar ajaran agama tertentu. Kedua, filsafat agama tidak terikat pada dasar-dasar agama tertentu, filsafat agama bermaksud menyatakan kebenaran atau ketidakbenaran dasar-dasar agama. Sementara, teologi sudah menerima dasar ajaran agama sebagai kebenaran. Teologi hanyalah sebatas upaya memberikan penjelasan atau interpretasi tentang dasar-dasar agama, atau upaya mencari legalitas rasional atas ajaran agama tertentu.

No comments:

Post a Comment