/1/
Bismillahirrahmanirrahiim.
Wa Idz ta adzdzana robbukum la in sakartum La aziidannakum,
Wa la in kafartum inna adzaabi la syadiid. QS. Ibrahim (14):7
/2/
Dunia adalah buah dada ibu,
Disanalah aku belajar menyusu
Tapi naluri telah mempengaruhi
Bahwa ada buah dada lain yang harus dinikmati
Aku memang mencintai Ibu,
Sebabnya ‘lah aku tumbuh dan pengkuh
Tapi tak mungkin aku terus menete pada cintanya
Sementara kedewasaan mengajarkan ‘ku meniti kehidupan
Lewat bimbingan aku belajar berjalan dipagi hari
Lewat tangismu aku belajar artinya cinta-kasih
Lewat tatapan sendu ‘ku berani hadapi mentari
Sungguh rasa manis susumu akan tetap mengabadi
Engkau menyuruhku berjalan sendiri
Untuk aku mencari cinta sejati
Masih terngiang ceritamu tiap malam
Tentang adanya buah dada Tuhan
‘Kan ‘ku kecup buah dada Tuhan …
/3/
Adalah ku dapati buah dada Tuhan tak bersusu
Hal belum ku kecup kenikmatan dari persetubuhan
Sedihlah kini aku dalam keperjakaan.
“ Bu (dunia), tolong aku
ku tiada bisa tanpa susu
bolehkah kulumat kembali susumu?”
“Jangan anakku, bukankah kau telah dewasa
bilakah masih kau perah susu ibu, maka celakalah kamu.
Kerakusan ‘lah sebab keringnya buah dada.”
“Ingatlah, syukur mengendap dalam buah dada
Yang meruah seiring bertambahnya rasa
Walau t’lah penuh, tiada ‘kan tercecer kecuali kau hisap puting-Nya”
“Anakku, Pupuklah pohon syukurmu
Agar tumbuh subur cinta-Nya
Barulah kau ‘kan rasa bahagia, menikmati buah dada-Nya”
Bismillahirrahmanirrahiim.
Wa Idz ta adzdzana robbukum la in sakartum La aziidannakum,
Wa la in kafartum inna adzaabi la syadiid. QS. Ibrahim (14):7
/2/
Dunia adalah buah dada ibu,
Disanalah aku belajar menyusu
Tapi naluri telah mempengaruhi
Bahwa ada buah dada lain yang harus dinikmati
Aku memang mencintai Ibu,
Sebabnya ‘lah aku tumbuh dan pengkuh
Tapi tak mungkin aku terus menete pada cintanya
Sementara kedewasaan mengajarkan ‘ku meniti kehidupan
Lewat bimbingan aku belajar berjalan dipagi hari
Lewat tangismu aku belajar artinya cinta-kasih
Lewat tatapan sendu ‘ku berani hadapi mentari
Sungguh rasa manis susumu akan tetap mengabadi
Engkau menyuruhku berjalan sendiri
Untuk aku mencari cinta sejati
Masih terngiang ceritamu tiap malam
Tentang adanya buah dada Tuhan
‘Kan ‘ku kecup buah dada Tuhan …
/3/
Adalah ku dapati buah dada Tuhan tak bersusu
Hal belum ku kecup kenikmatan dari persetubuhan
Sedihlah kini aku dalam keperjakaan.
“ Bu (dunia), tolong aku
ku tiada bisa tanpa susu
bolehkah kulumat kembali susumu?”
“Jangan anakku, bukankah kau telah dewasa
bilakah masih kau perah susu ibu, maka celakalah kamu.
Kerakusan ‘lah sebab keringnya buah dada.”
“Ingatlah, syukur mengendap dalam buah dada
Yang meruah seiring bertambahnya rasa
Walau t’lah penuh, tiada ‘kan tercecer kecuali kau hisap puting-Nya”
“Anakku, Pupuklah pohon syukurmu
Agar tumbuh subur cinta-Nya
Barulah kau ‘kan rasa bahagia, menikmati buah dada-Nya”
No comments:
Post a Comment